KADANG KURANG
NYATA
Melodi
cinta terus mengaung bersama teriknya pagi yang kemudian menerpa salah satu
kamar yang berada di kosku. Aku terbangun dan melihat jam yang terus berdenting
di layar handphone menunjukkan pukul 07:00 WIB, segera aku menarik handuk yang
tergantung tidak jauh dari tempatku melamun sedari tadi. Tidak sampai lima
menit aku telah kembali memasuki kamar dan bergegas mengenakan pakaian semi
formal untuk dikenakan pada pembekalan KKN hari ini. Pembekalan akan
berlangsung pukul 07:30 dan aku hanya punya waktu 15 menit untuk bergabung
dengan lainnya. Tersisa 10 menit sebelum segalanya dimulai, bersama dengan
motor matic kesayanganku, kami melaju menuju kesebuah gedung dimana segala
resepsi pernah diadakan di gedung itu. 2480 mahasiswa yang berasal dari universitas
yang sama denganku telah memenuhi seluruh ruangan, aku bergabung dengan anggota
kelompok yang telah dibentuk sebelumnya oleh badan pelaksana KKN.
Pada
awalnya sulit untuk menemukan beberapa anggota yang berasal dari kelompok yang
sama, namun dengan keteguhan dan semangat yang masih membara akhirnya kami
berhasil berkumpul. Aku yang merupakan anggota hyperaktif dikelompok itu mulai
menunjukkan sifat aslinya dengan menghitung jumlah anggota apakah sudah lengkap
atau belum. Setelah jari-jariku melakukan perhitungan kecil barulah aku
tersadar bahwa kami masih kekurangan satu orang lagi, dan dia adalah anak
laki-laki terakhir yang seharusnya bergabung dengan kami. Dilihat dari nomor
induknya kami semua yakin bahwa dia berada satu tingkat diatas kami. Sebelum menemukannya
kami semua sudah sepakat menjadikan dia sebagai ketua.
Saat
semua orang telah menemukan anggotanya, aku mulai memanggil dengan suara
lantangku apakah ada yang berasal dari fakultas hukum. Pertanyaan itu
sebenarnya sebagai awal untuk mencari tahu posisi si anak laki-laki ini. Tanpa disadari
ada mahasiswi yang menyahut dibelakangku dan mengaku sebagai salah satu
mahasiswi dari fakultas hukum. Kamudian dengan sopannya aku menanyakan
kepadanya apakah dia mengenali seseorang yang bernama sipolan dari fakultas hukum?
Kemudian gadis itu menunjuk ke arah kanannya dan disitulah aku melihat seorang
pria berambut gondrong sedang berbincang dengan temannya.
Karena takut melangkahi teman-teman yang lain,
aku mencoba menawarkan siapakah yang mau menjemput pria disudut itu untuk
bergabung bersama kita dan hasilnya semua menggeleng dengan menyerahkan
segalanya kepadaku. Bermodal keberanian kemudian aku berjalan menghampirinya
dan menanyakan diantara mereka siapakah yang memiliki nama seperti yang
kumaksud, pada awalnya pria itu tidak mau mengaku, namun akhirnya ia menyerah
karena melihat kegigihanku dalam mencari orang.
“Ada apa?”
tanya pria sinis itu kepadaku.
“Maaf bg,
mari kita duduk disana bersama yang lain” jawabku denga terbata.
“penting
ya?” pria sinis itu kembali menantangku dengan keangkuhannya.
“ia bg,
kan gak enak kalau pisah-pisah” kondisiku masih setenang air.
Usahaku
tidak sia-sia, pria sinis itu kemudian mengikutiku kearah pojokan dimana aku
dan yang lainnya bergabung. Diawali dengan pertamuan itu kemudian kami mencoba
menjalin keakraban terlebih saat survei. Survei lokasi adalah perjalanan awal
kami menuju lokasi yang nantinya akan menjadi tempat kami berdomisili selama
satu bulan. Sepulang survei setiap orang mulai sibuk dengan persiapan yang akan
mereka bawa, begitu pula denganku yang sedari dulu panikan terhadap apapun,
dari sifat itulah pria sinis yang kini menjadi ketua kami mengerti sifatku, dan
dia membenci sifat itu. Dua minggu telah berlalu dari saat survei dan inilah
saatnya kami semua berangkat menuju lokasi masing-masing.
Apakah
kalian tahu jika apa yang direncanakan diawal terkadang sering berubah di
pertengahan dan diakhir, sama halnya dengan apa yang kami alami saat ini. Kami semua
berpikir dihari pertaama kami semua bisa menjalankan program yang telah kami
rancang, tapi harap-harap dihari pertama, kami semua baru bisa bergerak di
minggu kedua. Bisa bayangkan bagaimana rasa bosan menggrogoti kami semua pada
minggu pertama. Tanpa yang lain sadari, aku adalah orang yang paling tahu
bagaimana paniknya ketua saat ini. Namun rasa panik itu tertutupi dengan
bijaknya ia dalam bersikap. Masuk minggu kedua ketua mulai memperlihatkan
senyum dan betapa riangnya dia.
Meski setiap harinya aku dan ketua selalu
ribut tanpa sebab, namun aku menikmati kebersamaan itu. Cerita perjalanan ini
tidak semulus yang kalian bayangkan dan tidak sebahagia cerita di negeri
dongeng. Tanpa kusadari, ia mengingatkanku kepada almarhum ayah yang telah
pergi meninggalkan keluargaku 4 tahun lalu, ingatan itu semakin dalam dan
menimbulkan rasa yang seharusnya tidak pernah ada. Cewek-cewek yang telah
menjadi saudariku selama KKN menyadari perubahan pandanganku terhadap ketua dan
mereka tahu bahwa aku akan tetap mengatakan hal yang bertentangan dengan
hatiku. Hingga pada suatu malam ketua ingin berbagi kisah hidupnya dengan kami
semua.
Cerita
itu dimulai saat ia mengenal salah seorang mahasiswi baru di fakultasnya,
cerita ini panjang bahkan terlihat seperti drama romantis dimana seorang pria
merelakan wanita itu dengan orang lain dan
membiarkan wanita itu memilih cerita hidupnya sendiri meski perjuangan yang
pria itu lakukan hingga saat ini adalah wujud dari kisah cintanya yang belum
berakhir.
Aku
ikut tertawa dan tersenyum bersama teman-teman lainnya saat ketua bercerita,
tapi saudariku tahu betapa teririsnya hatiku saat mengetahui bahwa masa lalu
masih terikat dihatinya hingga sekarang. Bahkan pria sinis itu menjelaskan jika
sekiranya wanitanya meminta kembali kepadanya ia akan dengan senang hati
menerimanya. Disaat itulah hatiku bagai direbus kemudian direndang, meski
terkesan alay, tapi itulah yang kurasakan. Setelah cerita malam itu berlalu, aku
bertekad menjadikan perasaan ini hanya sebatas mimpi belaka. Karena aku tidak
mungkin menghapus bayangan masa lalu yang akan selalu ada.
Mungkinkah
masih ada waktu yang tersisa untukku
Mungkinkah
masih ada cinta dihatimu
Andaikan
saja aku tahu kau tak hadirkan cintamu
Inginku
melepasmu dengan pelukan
Cinta itu
apa? Aku bahkan tidak tahu menjawabnya seperti apa, karena bagiku cinta dibatas
wajar adalah jalan hidupku.
No comments:
Post a Comment