Kurangnya Pemahaman dalam Penanganan Sampah
Kota
Banda Aceh merupakan ibu kota dari provinsi aceh yang sebagian besar
penduduknya merupakan pendatang yang berstatus sebagai pelajar dan mahasiswa. Kampus
Unsyiah dan UIN Ar-raniry merupakan perguruan tinggi negeri yang menjadi
incaran utama mahasiswa. Banyak dari kalangan mahasiswa yang menargetkan tempat
tinggal berdekatan dengan kampus. Beberapa desa/gampoeng yang tergolong dekat
dan dapat dijangkau dengan berjalan kaki seperti desa Rukoh, Tanjung Selamat,
Limpok, tungkup, dan sebagainya. Jumlah pendatang yang semakin meningkat
berbanding lurus dengan jumlah sampah yang dihasilkan, dengan kata lain semakin
tinggi jumlah penduduk pada suatu tempat maka semakin banyak pula sampah yang
dihasilkan.
Aktivitas
manusia tidak terlepas dari menghasilkan suatu sisa yang tidak dapat digunakan
lagi yang biasa disebut sebagai limbah/sampah. Di kota Banda Aceh sendiri
setiap harinya dapat menghasilkan hingga 200 ton sampah. Sampah yang dihasilkan
berasal dari berbagai jenis. Mulai dari sampah basah meliputi sisa-sisa
makanan, dedaunan, buah-buahan hingga sampah kering meliputi kaca, botol,
kaleng bekas, kertas dan sebagainya.
sumber gambar : http://billyshare99.blogspot.com
Hal tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat
sendiri belum dapat meminimalisir jumlah sampah yang kian hari semakin
meningkat. Meskipun mobil pengangkut sampah setiap harinya berkeliling ke
setiap desa untuk mengumpulkan sampah, tetap saja jumlah yang diharapkan
menurun tidak sesuai dengan yang diprediksi. Lalu, apakah jumlah sampah yang
semakin meningkat ini dapat manjadi isu lingkungan hidup yang menarik? Jawabannya “Tentu sangat menarik”. Kenapa?
Karena dengan potensi limbah yang dihasilkan dapat mempercepat terjadinya pemanasan
global atau global warming dan sangat
berhubungan erat dengan perilaku masyarakat sendiri yang belum bisa mengelola
limbah rumah tangga yang mereka hasilkan.
Dalam isu kali ini, saya hanya akan membahas tentang desa
rukoh. Berhubung beberapa hari lalu saya sempat survey lokasi maka artikel ini
akan berguna sekali dalam meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kondisi
lingkungan sekitar. Sempat terpikir bagaimana bisa tidak ada bak sampah umum
yang memisahkan antara sampah basah dengan sampah kering atau antara sampah organik
dengan sampah anorganik sehingga saat pengangkutan sampah dilakukan, pengangkut
akan semakin kesulitan saat harus memisahkan diantara kedua jenis sampah
tersebut ketika tiba di TPA (tempat pembuangan akhir). Selain itu pembakaran
sampah menjadi pilihan beberapa masyarakat yang meningkatkan kadar karbon
dioksida (CO2) diudara dan kondisi lapisan Ozon semakin menipis dengan kejadian
tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Kota Banda Aceh (2014), tercatat jumlah penduduk desa Rukoh
mencapai 4.975 jiwa yang terdiri dari 2.598 jiwa (Laki-laki) dan 2.377 jiwa
(Perempuan). Dengan jumlah penduduk yang tergolong banyak mobil pengangkut
sampah dapat mengangkut hingga dua kali dalam satu hari.
“untuk desa Rukoh
sendiri dalam satu hari itu ada sekitar tiga mobil truk pengangkut sampah, dan
untuk 1 mobil itu dapat mengangkut hingga 6 m3 sampah” jelas pak
Herman AW (Manajer Dinas Kebersihan bagian Persampahan) saat ditanya terkait
jumlah pengangkutan sampah di desa Rukoh.
Sebenarnya dari kita sendiri dapat mengurangi resiko
jumlah sempah yang semakin banyak yaitu dengan daur ulang dan pemanfaatan
limbah. Namun hal tersebut akan sia-sia jika dari masyarakat sendiri tidak
ditanamkan pemahaman akan hal tersebut. Sosialisasi dan pelaksanaan diperlukan
disini, jika hanya sosialisasi yang berjalan namun tidak dilakukan penerapan
yang berlanjut maka kondisi juga tidak akan berubah.
Adapun tindakan yang
dapat dilakukan dalam menangani sampah sekitar yaitu:
1. Mengadakan
sosialisasi akan pentingnya penanganan sampah
2. Menyediakan bak sampah dengan jenis terpisah pada beberapa tempat yaitu antara sampah basah dan sampah kering atau sampah organik dengan sampah anorganik.
sumber gambar : http://klh.ponorogo.go.id
3. Memanfaatkan
sampah organik menjadi kompos dan pupuk cair atau MOL (Mikro Organisme Lokal)
sumber gambar : http://www.kompasiana.com
4. Mendaur
ulang limbah anorganik menjadi kerajinan tangan atau karya seni yang bernilai
ekonomis.
sumber gambar : http://pengelolaanlimbah.wordpress.com
Dengan
penanganan yang sederhana ini, maka kondisi lingkungan akan lebih terjaga dan
lebih asri. Jangan memperparah bumi hanya dengan keadaan yang sederhana
dibiarkan hingga menjadi masalah utama, bukankah apa yang kita gunakan saat ini
adalah titipan dari anak cucu kita, oleh sebab itu, Lindungi dan Jaga Alam ini Demi
Keberlangsungan Hidup Bersama.
No comments:
Post a Comment