Tuesday, 5 April 2016

Isu - Isu Lingkungan Hidup di Kota Banda Aceh

Kurangnya Pemahaman dalam Penanganan Sampah


Kota Banda Aceh merupakan ibu kota dari provinsi aceh yang sebagian besar penduduknya merupakan pendatang yang berstatus sebagai pelajar dan mahasiswa. Kampus Unsyiah dan UIN Ar-raniry merupakan perguruan tinggi negeri yang menjadi incaran utama mahasiswa. Banyak dari kalangan mahasiswa yang menargetkan tempat tinggal berdekatan dengan kampus. Beberapa desa/gampoeng yang tergolong dekat dan dapat dijangkau dengan berjalan kaki seperti desa Rukoh, Tanjung Selamat, Limpok, tungkup, dan sebagainya. Jumlah pendatang yang semakin meningkat berbanding lurus dengan jumlah sampah yang dihasilkan, dengan kata lain semakin tinggi jumlah penduduk pada suatu tempat maka semakin banyak pula sampah yang dihasilkan.

Aktivitas manusia tidak terlepas dari menghasilkan suatu sisa yang tidak dapat digunakan lagi yang biasa disebut sebagai limbah/sampah. Di kota Banda Aceh sendiri setiap harinya dapat menghasilkan hingga 200 ton sampah. Sampah yang dihasilkan berasal dari berbagai jenis. Mulai dari sampah basah meliputi sisa-sisa makanan, dedaunan, buah-buahan hingga sampah kering meliputi kaca, botol, kaleng bekas, kertas dan sebagainya.


sumber gambar : http://billyshare99.blogspot.com


            Hal tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat sendiri belum dapat meminimalisir jumlah sampah yang kian hari semakin meningkat. Meskipun mobil pengangkut sampah setiap harinya berkeliling ke setiap desa untuk mengumpulkan sampah, tetap saja jumlah yang diharapkan menurun tidak sesuai dengan yang diprediksi. Lalu, apakah jumlah sampah yang semakin meningkat ini dapat manjadi isu lingkungan hidup yang menarik? Jawabannya “Tentu sangat menarik”. Kenapa? Karena dengan potensi limbah yang dihasilkan dapat mempercepat terjadinya pemanasan global atau global warming dan sangat berhubungan erat dengan perilaku masyarakat sendiri yang belum bisa mengelola limbah rumah tangga yang mereka hasilkan.

            Dalam isu kali ini, saya hanya akan membahas tentang desa rukoh. Berhubung beberapa hari lalu saya sempat survey lokasi maka artikel ini akan berguna sekali dalam meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kondisi lingkungan sekitar. Sempat terpikir bagaimana bisa tidak ada bak sampah umum yang memisahkan antara sampah basah dengan sampah kering atau antara sampah organik dengan sampah anorganik sehingga saat pengangkutan sampah dilakukan, pengangkut akan semakin kesulitan saat harus memisahkan diantara kedua jenis sampah tersebut ketika tiba di TPA (tempat pembuangan akhir). Selain itu pembakaran sampah menjadi pilihan beberapa masyarakat yang meningkatkan kadar karbon dioksida (CO2) diudara dan kondisi lapisan Ozon semakin menipis dengan kejadian tersebut.

            Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Banda Aceh (2014), tercatat jumlah penduduk desa Rukoh mencapai 4.975 jiwa yang terdiri dari 2.598 jiwa (Laki-laki) dan 2.377 jiwa (Perempuan). Dengan jumlah penduduk yang tergolong banyak mobil pengangkut sampah dapat mengangkut hingga dua kali dalam satu hari.

“untuk desa Rukoh sendiri dalam satu hari itu ada sekitar tiga mobil truk pengangkut sampah, dan untuk 1 mobil itu dapat mengangkut hingga 6 m3 sampah” jelas pak Herman AW (Manajer Dinas Kebersihan bagian Persampahan) saat ditanya terkait jumlah pengangkutan sampah di desa Rukoh.

            Sebenarnya dari kita sendiri dapat mengurangi resiko jumlah sempah yang semakin banyak yaitu dengan daur ulang dan pemanfaatan limbah. Namun hal tersebut akan sia-sia jika dari masyarakat sendiri tidak ditanamkan pemahaman akan hal tersebut. Sosialisasi dan pelaksanaan diperlukan disini, jika hanya sosialisasi yang berjalan namun tidak dilakukan penerapan yang berlanjut maka kondisi juga tidak akan berubah.

Adapun tindakan yang dapat dilakukan dalam menangani sampah sekitar yaitu:

1.      Mengadakan sosialisasi akan pentingnya penanganan sampah
2.   Menyediakan bak sampah dengan jenis terpisah pada beberapa tempat yaitu antara sampah basah dan sampah kering atau sampah organik dengan sampah anorganik.
sumber gambar : http://klh.ponorogo.go.id

3.    Memanfaatkan sampah organik menjadi kompos dan pupuk cair atau MOL (Mikro Organisme Lokal)

sumber gambar : http://www.kompasiana.com

4.  Mendaur ulang limbah anorganik menjadi kerajinan tangan atau karya seni yang bernilai ekonomis.

sumber gambar : http://pengelolaanlimbah.wordpress.com


Dengan penanganan yang sederhana ini, maka kondisi lingkungan akan lebih terjaga dan lebih asri. Jangan memperparah bumi hanya dengan keadaan yang sederhana dibiarkan hingga menjadi masalah utama, bukankah apa yang kita gunakan saat ini adalah titipan dari anak cucu kita, oleh sebab itu,  Lindungi dan Jaga Alam ini Demi Keberlangsungan Hidup Bersama.


No comments:

Lirik Mars Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Terbaru - 2021

 MARS ATR/BPN 2021 Insan Pertanahan dan Tata Ruang Baktikan diri membangun bangsa Bersatu hadirkan layanan prima Maju modern berstanda...