Wednesday, 31 August 2016

Apa itu KKN?

KADANG KURANG NYATA

Melodi cinta terus mengaung bersama teriknya pagi yang kemudian menerpa salah satu kamar yang berada di kosku. Aku terbangun dan melihat jam yang terus berdenting di layar handphone menunjukkan pukul 07:00 WIB, segera aku menarik handuk yang tergantung tidak jauh dari tempatku melamun sedari tadi. Tidak sampai lima menit aku telah kembali memasuki kamar dan bergegas mengenakan pakaian semi formal untuk dikenakan pada pembekalan KKN hari ini. Pembekalan akan berlangsung pukul 07:30 dan aku hanya punya waktu 15 menit untuk bergabung dengan lainnya. Tersisa 10 menit sebelum segalanya dimulai, bersama dengan motor matic kesayanganku, kami melaju menuju kesebuah gedung dimana segala resepsi pernah diadakan di gedung itu. 2480 mahasiswa yang berasal dari universitas yang sama denganku telah memenuhi seluruh ruangan, aku bergabung dengan anggota kelompok yang telah dibentuk sebelumnya oleh badan pelaksana KKN.

Pada awalnya sulit untuk menemukan beberapa anggota yang berasal dari kelompok yang sama, namun dengan keteguhan dan semangat yang masih membara akhirnya kami berhasil berkumpul. Aku yang merupakan anggota hyperaktif dikelompok itu mulai menunjukkan sifat aslinya dengan menghitung jumlah anggota apakah sudah lengkap atau belum. Setelah jari-jariku melakukan perhitungan kecil barulah aku tersadar bahwa kami masih kekurangan satu orang lagi, dan dia adalah anak laki-laki terakhir yang seharusnya bergabung dengan kami. Dilihat dari nomor induknya kami semua yakin bahwa dia berada satu tingkat diatas kami. Sebelum menemukannya kami semua sudah sepakat menjadikan dia sebagai ketua.

Saat semua orang telah menemukan anggotanya, aku mulai memanggil dengan suara lantangku apakah ada yang berasal dari fakultas hukum. Pertanyaan itu sebenarnya sebagai awal untuk mencari tahu posisi si anak laki-laki ini. Tanpa disadari ada mahasiswi yang menyahut dibelakangku dan mengaku sebagai salah satu mahasiswi dari fakultas hukum. Kamudian dengan sopannya aku menanyakan kepadanya apakah dia mengenali seseorang yang bernama sipolan dari fakultas hukum? Kemudian gadis itu menunjuk ke arah kanannya dan disitulah aku melihat seorang pria berambut gondrong sedang berbincang dengan temannya.

 Karena takut melangkahi teman-teman yang lain, aku mencoba menawarkan siapakah yang mau menjemput pria disudut itu untuk bergabung bersama kita dan hasilnya semua menggeleng dengan menyerahkan segalanya kepadaku. Bermodal keberanian kemudian aku berjalan menghampirinya dan menanyakan diantara mereka siapakah yang memiliki nama seperti yang kumaksud, pada awalnya pria itu tidak mau mengaku, namun akhirnya ia menyerah karena melihat kegigihanku dalam mencari orang.

“Ada apa?” tanya pria sinis itu kepadaku.

“Maaf bg, mari kita duduk disana bersama yang lain” jawabku denga terbata.

“penting ya?” pria sinis itu kembali menantangku dengan keangkuhannya.

“ia bg, kan gak enak kalau pisah-pisah” kondisiku masih setenang air.

Usahaku tidak sia-sia, pria sinis itu kemudian mengikutiku kearah pojokan dimana aku dan yang lainnya bergabung. Diawali dengan pertamuan itu kemudian kami mencoba menjalin keakraban terlebih saat survei. Survei lokasi adalah perjalanan awal kami menuju lokasi yang nantinya akan menjadi tempat kami berdomisili selama satu bulan. Sepulang survei setiap orang mulai sibuk dengan persiapan yang akan mereka bawa, begitu pula denganku yang sedari dulu panikan terhadap apapun, dari sifat itulah pria sinis yang kini menjadi ketua kami mengerti sifatku, dan dia membenci sifat itu. Dua minggu telah berlalu dari saat survei dan inilah saatnya kami semua berangkat menuju lokasi masing-masing.

Apakah kalian tahu jika apa yang direncanakan diawal terkadang sering berubah di pertengahan dan diakhir, sama halnya dengan apa yang kami alami saat ini. Kami semua berpikir dihari pertaama kami semua bisa menjalankan program yang telah kami rancang, tapi harap-harap dihari pertama, kami semua baru bisa bergerak di minggu kedua. Bisa bayangkan bagaimana rasa bosan menggrogoti kami semua pada minggu pertama. Tanpa yang lain sadari, aku adalah orang yang paling tahu bagaimana paniknya ketua saat ini. Namun rasa panik itu tertutupi dengan bijaknya ia dalam bersikap. Masuk minggu kedua ketua mulai memperlihatkan senyum dan betapa riangnya dia.

 Meski setiap harinya aku dan ketua selalu ribut tanpa sebab, namun aku menikmati kebersamaan itu. Cerita perjalanan ini tidak semulus yang kalian bayangkan dan tidak sebahagia cerita di negeri dongeng. Tanpa kusadari, ia mengingatkanku kepada almarhum ayah yang telah pergi meninggalkan keluargaku 4 tahun lalu, ingatan itu semakin dalam dan menimbulkan rasa yang seharusnya tidak pernah ada. Cewek-cewek yang telah menjadi saudariku selama KKN menyadari perubahan pandanganku terhadap ketua dan mereka tahu bahwa aku akan tetap mengatakan hal yang bertentangan dengan hatiku. Hingga pada suatu malam ketua ingin berbagi kisah hidupnya dengan kami semua.

Cerita itu dimulai saat ia mengenal salah seorang mahasiswi baru di fakultasnya, cerita ini panjang bahkan terlihat seperti drama romantis dimana seorang pria merelakan wanita itu dengan orang lain  dan membiarkan wanita itu memilih cerita hidupnya sendiri meski perjuangan yang pria itu lakukan hingga saat ini adalah wujud dari kisah cintanya yang belum berakhir.

Aku ikut tertawa dan tersenyum bersama teman-teman lainnya saat ketua bercerita, tapi saudariku tahu betapa teririsnya hatiku saat mengetahui bahwa masa lalu masih terikat dihatinya hingga sekarang. Bahkan pria sinis itu menjelaskan jika sekiranya wanitanya meminta kembali kepadanya ia akan dengan senang hati menerimanya. Disaat itulah hatiku bagai direbus kemudian direndang, meski terkesan alay, tapi itulah yang kurasakan. Setelah cerita malam itu berlalu, aku bertekad menjadikan perasaan ini hanya sebatas mimpi belaka. Karena aku tidak mungkin menghapus bayangan masa lalu yang akan selalu ada.

Mungkinkah masih ada waktu yang tersisa untukku
Mungkinkah masih ada cinta dihatimu
Andaikan saja aku tahu kau tak hadirkan cintamu
Inginku melepasmu dengan pelukan


Cinta itu apa? Aku bahkan tidak tahu menjawabnya seperti apa, karena bagiku cinta dibatas wajar adalah jalan hidupku.

Tuesday, 5 April 2016

Isu - Isu Lingkungan Hidup di Kota Banda Aceh

Kurangnya Pemahaman dalam Penanganan Sampah


Kota Banda Aceh merupakan ibu kota dari provinsi aceh yang sebagian besar penduduknya merupakan pendatang yang berstatus sebagai pelajar dan mahasiswa. Kampus Unsyiah dan UIN Ar-raniry merupakan perguruan tinggi negeri yang menjadi incaran utama mahasiswa. Banyak dari kalangan mahasiswa yang menargetkan tempat tinggal berdekatan dengan kampus. Beberapa desa/gampoeng yang tergolong dekat dan dapat dijangkau dengan berjalan kaki seperti desa Rukoh, Tanjung Selamat, Limpok, tungkup, dan sebagainya. Jumlah pendatang yang semakin meningkat berbanding lurus dengan jumlah sampah yang dihasilkan, dengan kata lain semakin tinggi jumlah penduduk pada suatu tempat maka semakin banyak pula sampah yang dihasilkan.

Aktivitas manusia tidak terlepas dari menghasilkan suatu sisa yang tidak dapat digunakan lagi yang biasa disebut sebagai limbah/sampah. Di kota Banda Aceh sendiri setiap harinya dapat menghasilkan hingga 200 ton sampah. Sampah yang dihasilkan berasal dari berbagai jenis. Mulai dari sampah basah meliputi sisa-sisa makanan, dedaunan, buah-buahan hingga sampah kering meliputi kaca, botol, kaleng bekas, kertas dan sebagainya.


sumber gambar : http://billyshare99.blogspot.com


            Hal tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat sendiri belum dapat meminimalisir jumlah sampah yang kian hari semakin meningkat. Meskipun mobil pengangkut sampah setiap harinya berkeliling ke setiap desa untuk mengumpulkan sampah, tetap saja jumlah yang diharapkan menurun tidak sesuai dengan yang diprediksi. Lalu, apakah jumlah sampah yang semakin meningkat ini dapat manjadi isu lingkungan hidup yang menarik? Jawabannya “Tentu sangat menarik”. Kenapa? Karena dengan potensi limbah yang dihasilkan dapat mempercepat terjadinya pemanasan global atau global warming dan sangat berhubungan erat dengan perilaku masyarakat sendiri yang belum bisa mengelola limbah rumah tangga yang mereka hasilkan.

            Dalam isu kali ini, saya hanya akan membahas tentang desa rukoh. Berhubung beberapa hari lalu saya sempat survey lokasi maka artikel ini akan berguna sekali dalam meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kondisi lingkungan sekitar. Sempat terpikir bagaimana bisa tidak ada bak sampah umum yang memisahkan antara sampah basah dengan sampah kering atau antara sampah organik dengan sampah anorganik sehingga saat pengangkutan sampah dilakukan, pengangkut akan semakin kesulitan saat harus memisahkan diantara kedua jenis sampah tersebut ketika tiba di TPA (tempat pembuangan akhir). Selain itu pembakaran sampah menjadi pilihan beberapa masyarakat yang meningkatkan kadar karbon dioksida (CO2) diudara dan kondisi lapisan Ozon semakin menipis dengan kejadian tersebut.

            Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Banda Aceh (2014), tercatat jumlah penduduk desa Rukoh mencapai 4.975 jiwa yang terdiri dari 2.598 jiwa (Laki-laki) dan 2.377 jiwa (Perempuan). Dengan jumlah penduduk yang tergolong banyak mobil pengangkut sampah dapat mengangkut hingga dua kali dalam satu hari.

“untuk desa Rukoh sendiri dalam satu hari itu ada sekitar tiga mobil truk pengangkut sampah, dan untuk 1 mobil itu dapat mengangkut hingga 6 m3 sampah” jelas pak Herman AW (Manajer Dinas Kebersihan bagian Persampahan) saat ditanya terkait jumlah pengangkutan sampah di desa Rukoh.

            Sebenarnya dari kita sendiri dapat mengurangi resiko jumlah sempah yang semakin banyak yaitu dengan daur ulang dan pemanfaatan limbah. Namun hal tersebut akan sia-sia jika dari masyarakat sendiri tidak ditanamkan pemahaman akan hal tersebut. Sosialisasi dan pelaksanaan diperlukan disini, jika hanya sosialisasi yang berjalan namun tidak dilakukan penerapan yang berlanjut maka kondisi juga tidak akan berubah.

Adapun tindakan yang dapat dilakukan dalam menangani sampah sekitar yaitu:

1.      Mengadakan sosialisasi akan pentingnya penanganan sampah
2.   Menyediakan bak sampah dengan jenis terpisah pada beberapa tempat yaitu antara sampah basah dan sampah kering atau sampah organik dengan sampah anorganik.
sumber gambar : http://klh.ponorogo.go.id

3.    Memanfaatkan sampah organik menjadi kompos dan pupuk cair atau MOL (Mikro Organisme Lokal)

sumber gambar : http://www.kompasiana.com

4.  Mendaur ulang limbah anorganik menjadi kerajinan tangan atau karya seni yang bernilai ekonomis.

sumber gambar : http://pengelolaanlimbah.wordpress.com


Dengan penanganan yang sederhana ini, maka kondisi lingkungan akan lebih terjaga dan lebih asri. Jangan memperparah bumi hanya dengan keadaan yang sederhana dibiarkan hingga menjadi masalah utama, bukankah apa yang kita gunakan saat ini adalah titipan dari anak cucu kita, oleh sebab itu,  Lindungi dan Jaga Alam ini Demi Keberlangsungan Hidup Bersama.


Thursday, 7 January 2016

Cerpen Untuk Lomba Asma Nadia "Menunggu Cinta Dibalik Usia"


MENUNGGU CINTA DIBALIK  USIA



“Viviiiiiiiiii………… bangunnnn naaakkkk” jeritan ibu bahkan terdengar hingga ke pasar.

“kan Vivi bilang, Vivi gak mau belajar kedayah” raut wajah Vivi yang sedari tadi ditekuk dengan lutut telah berubah warna menjadi merah padam karena kekurangan oksigen.

          Suara langkah kaki ibu semakin jelas terdengar menuju ke arah kamar Vivi, tangan sebelah kanan berisi air satu gayung, dan tangan kiri ibu mulai memegang gagang pintu kamar yang memang tidak pernah dikunci oleh pemiliknya. Saat pintu mulai dibuka, ibu mulai mengayunkan tangan kanannya ke belakang berharap air segayung itu membasahi wajah anaknya yang tidak pernah mau mendengarkannya.

“ehhh ibu masuk” Senyuman Vivi merekah dengan posisi ia duduk di atas kasurnya yang telah rapi.

“Vivi udah bangun bu, ini baru selesai beresin tempat tidur,,,hehehe” sambil tertawa licik, Vivi meraih gayung yang berisi air di tangan ibunya yang telah terpaku di depan pintu kamar.

“aku bahkan tidak tahu harus berbuat apa kepadamu yang memiliki perilaku seperti ini” keluh ibu sambil berlalu keluar dari kamar Vivi dan membuat sarapan untuk pagi yang melelahkan.

          Sarapan dimeja makan bersama adalah hal yang didambakan setiap keluarga, namun berbeda pula dengan pemikiran Vivi, baginya makan bersama dimeja makan merupakan hal yang selalu membuatnya merasa sedang mengalami ujian nasional, setiap suap nasi yang ia makan selalu berisi dengan jawaban yang belum tentu diterima kebenarannya.

“Vi, cobalah dulu mengaji didayah itu, pemiliknya juga paman Vivi, jadi apa yang Vivi takutkan?” pertanyaan ibu untuk suapan Vivi yang kesekian kali.

“Huuffttt,,,, Ok… Vivi mau, tapi hanya 3 bulan,, selama 3 bulan Vivi akan coba, untuk kedepannya itu keputusan Vivi. Ok,, Ibu setuju?” jawaban penuh syarat itu ia lontarkan kepada ibunya yang nyaris tersedak.

“ok Vi,, toh sebentar lagi Vivi juga kuliah,, jadi proses mondok didayah juga gak akan lama lagi” Senyuman ibu merekah sambil menaruh lauk tambahan ke piring Vivi yang masih penuh.

          Tanpa menunggu waktu lama, Vivi segera diantar oleh ibunya menuju dayah milik pamannya yang tidak begitu jauh dari tempat mereka tinggal. Kedatangan mereka ke dayah disambut dengan hangat oleh keluarga dayah termasuk Husein yang merupakan anak dari pemimpin dayah sekaligus sepupu Vivi yang berbeda usia 10 tahun dengannya. Meskipun begitu, tingkah laku Husein tidak sesuai dengan usianya yang selalu berusaha membuat Vivi menangis dengan gurauannya.

“Hai Vi,,, Selamat bergabung dengan keluarga dayah,,, Semoga kau betah dan bertahan lama” Pesan singkat dari Husein merupakan tanda awal kesengsaraan Vivi selama didayah.

“Paman, ajari Vivi berbagai ilmu selama Vivi belajar didayah ini” Sapa Vivi kepada pimpinan dayah tanpa memperdulikan Husein.

          Ibu Vivi pamit kepada paman dan keluarga lainnya, berharap akan banyak perubahan baik yang terjadi pada anaknya setelah menyelesaikan belajar didayah nantinya.

Satu minggu telah berlalu, Vivi mulai menyadari bahwa sulitnya menjadi anak dayah, mandi harus antri, makan hanya seporsi, dan jadwal tidur harus dibatasi. Ia mengeluh kesana kemari tapi semua yang mendengar keluhannya hanya tersenyum melihat tingkahnya. Tanpa berpikir panjang Vivi menjumpai Husein yang juga merupakan salah satu guru didayah tersebut.

“Kak Husein, apa kau tidak bisa menolongku? Jika begini situasinya, lama kelamaan tubuhku akan mengecil karena kekurangan gizi” keluh Vivi kepada Husein yang sedari tadi sibuk membolak balik buku bacaannya.

“Nikmati saja,,, palingan sebentar lagi makam dibelakang rumah berisi dengan nisan yang bertuliskan namamu” jawab Husein tanpa memperdulikan wajah Vivi yang bergidik ngeri.
“Aku tidak percaya ternyata kakakku kewarasannya juga sudah mulai berkurang” Vivi berlalu meningggalkan Husein yang mulai tertawa.

          Tanpa terasa sebulan telah berlalu, Vivi mulai terbiasa dengan kebiasaan hidup didayah, ada banyak cerita yang ia bagi dengan para santri disekitarnya. Tiba-tiba sebuah isu mulai menyebar dikalangan para santri yang menyatakan bahwa Husein dituntut untuk segera menikah oleh pimpinan pesantren. Ada banyak santriwati yang bertanya-tanya apakah jodoh Husein berasal dari dayah ini atau Husein memang sudah memiliki calon untuk dikenalkan kepada orangtuanya.

          Vivi yang mendengar isu tersebut menyadari bahwa sebenarnya selama ini tidak seorangpun yang berada didekat Husein selain dia. Sambil berlari-lari kecil Vivi menghampiri Husein yang tengah memberi makan ikan dikolam.

“Kak Husein,,, “ Vivi tiba dengan napas terengah-engah.

“ehhh Vivi… hei kau kenapa?” Husein berbalik menemui Vivi yang mulai duduk diantara kolam.

“apa kakak tidak menghiraukan isu yang telah menyebar? Dengan siapa kakak akan menikah? Apakah dia orang yang kukenal? Kapan pernikahan kalian akan berlangsung? Apa aku akan diundang?” Begitu banyak pertanyaan yang dilontarkan Vivi sedangkan Husein hanya duduk terdiam.

“Kak Husein,,,,, jawab!!!”

“Apa Vi?” Husein berdiri menjauh dan kembali memberi makan ikan-ikan dikolam.

“Apa??? OK kalau kakak gak mau kasih tahu Vivi!” Vivi berlalu dari Husein dan merasa kesal bahwa kini diantara Husein dan dia sudah mulai ada batas.

          Vivi memutuskan pulang kerumah untuk sementara waktu, Husein yang mendengar kepulangan Vivi merasa bersalah atas perilakunya yang tidak menghiraukan Vivi.

“Assalamu’alaikum….Ibuuuu.. Vivi Pulang” Pintu rumah dibuka dan langsung menuju kamar yang berada di dekat ruang keluarga, tas bawaan dibanting ke kasur begitu saja,  gorden yang masih tertutup dibiarkannya tergerai. Vivi mulai duduk disisi tempat tidurnya sambil melamunkan hal yang tak jelas. Suara langkah kaki ibu samar-samar didengar ditelinganya.

“ya ampun Vi……. Vivi kenapa nak?? Apa-apaan ini? Haduuuhhhh ibu gak sanggup yaa lihatnya” sambil memegang kepalanya yang pusing, ibu Vivi mulai memunguti barang-barang Vivi yang berserakan.

“apa ibu tahu kalau kak Husein akan menikah?” Suara Vivi memarau.

“Husein mau menikah? Wahh itu berita bagus.. dengan anak siapa Vi?” Rasa penasaran Ibu Vivi menggantikan kepalanya yang sedari tadi sakit.

“yeeeee mana Vivi tauuuu… emangnya Vivi ibuknya kak Husein” Vivi beranjak dan mengambil handuk untuk membersihkan badannya.

          Sinar rembulan menembus kamar Vivi yang sedari tadi di sinari dengan cahaya lampu tidur. Vivi tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padanya, dia hanya merasa resah dan gelisah sendiri. Guling ke kiri guling ke kanan menjadi pilihan terbaiknya saat ini.

“Assalamu’alaikum….” Terdengar suara seseorang dari balik pintu rumah.

“Wa’alaikumsalam… Siapa??” Suara Ibu Vivi menyahut panggilan dari dapur.

“Ini Husein bi…” suara Husein menyahut dari balik pintu.

“Gak usah masuk…. Pulang aja sanaaaa” suara Vivi menjawab dari balik kamarnya yang suram.

          Ibu Vivi membukakan pintu dengan tergesa-gesa. Begitu gagang pintu dibuka Ibu Vivi langsung mempersilahkan Husein untuk masuk.

“Ayo Husein… kenapa tidak langsung masuk saja” Ibu Vivi meraih tangan Husein dan membawanya masuk ke dalam rumah.

“Eummm bibi, apa Vivi udah tidur?” Husein melirik ke seisi rumah namun tidak melihat tanda-tanda kemunculan Vivi.

“Kenapa mencariku?” Vivi berjalan keluar kamar dan menuju ke arah Husein dan Ibunya.

“Heiiii… bukannya kau penasaran dengan siapa aku akan menikah” Husein mencoba mencairkan suasana.

“sepertinya kau harus membujuknya Husein,, bibi akan menyiapkan cemilan untuk kalian” Ibu vivi berlalu menuju dapur.

“Baiklah,,, ceritakan kepadaku semuaaanyaaa” raut wajah Vivi mulai berubah dan dia mengambil posisi nyaman untuk mendengarkan seluruh curhatan Husein.

“awalnya aku tidak tahu nama siapa yang harus kusebut, kau tahu sendiri bahwa tidak ada seorangpun yang sedang dekat denganku. Dan saat itu gadis itu lewat didepanku, seolah itu pertanda bahwa dialah yang menjadi calonku” jelas Husein kepada Vivi.

“Siapa gadis itu? Apa aku mengenalnya?” rasa penasaran Vivi semakin meningkat.

“Kita semua mengenalnya Vi….” Kedua tangan Husein menutupi wajahnya yang merona.

“hah???? Siapa???” Vivi semakin memajukan badannya agar dapat mendengar suara Husein dengan jelas.

“Puji” satu kata keluar dari mulut Husein.

“ha??? kak  Puji yang saudara kita ? kak  Puji yang belajar didayah denganku?? Apa dia yang kakak maksud?” Tangan Vivi membungkam mulutnya sendiri.

“iya Vi” Husein semakin menundukkan kepalanya.

“Ibuuuuuuuuuuuuu” Vivi berlari memberitahu ibunya di dapur.

          Tidak beberapa lama mereka bertiga berkumpul dan saling mendengarkan cerita Husein yang belum mendapat restu dari kedua orangtuanya sendiri dengan alasan bahwa Puji masih tergolong keluarga dekat. Hal ini menyebabkan kegalauan tersendiri pada Husein. Setelah mendengar cerita dari Husein, kini Vivi ikut-ikutan galau. Ia beranjak dari tempat duduknya dan menuju ke kamarnya yang suram.

“Vi, mau kemana? Vivi sudah mau tidur yaaa?” Ibu Vivi melihat wajah Vivi yang melemas.

“Vivi galau bu” kata singkat dan simple keluar dari mulut Vivi.

Ibu Vivi dan Husein keduanya saling memandang secara bersamaan setelah mendengar jawaban dari Vivi.

“Anak bibi memang yang paling alay” seru Husein yang keheranan melihat tingkah Vivi.

          Malam berlalu begitu saja, Husein pamit pulang dan membiarkan Vivi berkelut dengan mimpi-mimpi anehnya.

          Dua minggu berlalu setelah malam itu, Vivi masih bertahan didayah dan tidak mendengar isu apapun lagi tentang pernikahan Husein. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan tersendiri untuk Vivi yang memang patut diberi gelar “Ratu Kepo”. Vivi mulai mengendap-endap menuju rumah utama dayah yang dihuni oleh keluarga Husein tanpa diketahui oleh siapapun. Tanpa berpikir panjang ia mulai berjalan kebawah rumah yang kebetulan rumah tersebut merupakan rumah panggung. Telinga tajam Vivi mulai merekam satu per satu percakapan anggota keluarga rumah tersebut dan terlintas percakapan tentang pernikahan Husein.

“Apa boleh buat, kak Husein memang menginginkan wanita itu, dia tidak ingin wanita lain. Kita tidak bisa melarangnya meski dia masih saudara kita. Kenapa pernikahan mereka harus diadakan secepat itu? Apa kak Husein takut wanita itu diambil orang lain. Ia menurutku juga begitu, bulan depan itu terlalu cepat untukku” kedua adik Husein berbincang tanpa menyadari Vivi yang sedang menguping dari bawah rumah.

“Apa???” Vivi segera membungkam mulutnya sendiri yang berbisik terkejut dan berlari keluar dari pekarangan bawah rumah keluarga Husein.

“bulan depan itu terlalu cepat, aku saja belum menyiapkan pakaian yang akan aku kenakan pada pesta pernukahannya nanti”  gumam Vivi pada dirinya sendiri sedang langkahnya mondar mandir tak tentu arah.

          Hari yang ditunggupun tiba, undangan pernikahan Husein dengan Puji juga telah sampai kekediaman Vivi. Vivi dan Ibunya juga sibuk membantu mempersiapkan kebutuhan Husein untuk pernikahannya.

          Suara riuh disana sini mengisi keramaian aqad dihari itu. Aqad sederhana yang dilaksanakan di salah satu mesjid agung tersebut berlangsung tanpa hambatan. Seusai aqad, peresmian dilanjutkan dikediaman sang mempelai pria. Vivi yang sedari tadi sibuk mengurusi segala persiapan menghentikan aktivitasnya karena ditegur oleh Husein.

“Vi,,, ayo kemari sebentar..” panggil Husein menyuruh Vivi mendekat kepadanya.

“Ada apa kak?” Vivi mendekat sesuai perintah Husein.

“Ambil kamera ini dan bisa tolong kau foto kami berdua” Husein memohon kepada Vivi yang tidak menyangka akan dimintai tolong seperti itu.

“jreeekk..jreekkk…jreeekkk” beberapa jepretan diambil Vivi dengan gaya yang berbeda.

“coba lihat dulu kak, mana tahu kakak tidak menyukai hasilnya” Vivi mendekat sambil menyodorkan kamera milik Husein.

“euummm ini sudah bagus Vi,,,” jawab Husein sambil melihat ke arah Vivi.

“Vi,,” Bisik Husein kepada Vivi yang sedari tadi nyengir sendiri.

“Iya kak, ada apa?” Vivi mendekatkan telinganya kepada Husein yang tidak terlalu jelas mendengar suara Husein karena banyaknya tamu yang berdatangan.

“Sayang sekali kau terlalu lama lahir” Bisik Husein kepada Vivi seraya berlalu mengajak Mempelai wanita menjumpai para tamu.

          Setelah kata-kata Husein tersebut, Vivi hanya bisa terpaku dan bertanya-tanya apa maksud dari perkataan Husein. Ia tidak menyadari bahwa Husein masih sangat menghargai Vivi sebagai adiknya karena jarak umur mereka yang jauh berbeda. Husein mulai merasakan perasaan yang dalam terhadap Vivi sejak Vivi masuk SMA. Sejak saat itu pula Husein mulai melihat Vivi sebagai seorang wanita bukan hanya sekedar adik yang selalu mengisi kekosongan hatinya. Namun Husein menyadari sikap yang ditunjukkan Vivi adalah sikap tulus yang ditunjukkan seorang adik kepada seorang kakak bukan kepada seorang pria, sehingga Husein lebih memilih mencintai Vivi dalam diam.








SURAT PERNYATAAN

Benar adanya cerita pendek “Menunggu Cinta Dibalik Usia” ini merupakan cerita yang diambil berdasarkan kisah nyata. Cerita ini juga merupakan  karya saya sendiri tanpa adanya unsur plagiat didalamnya. Adapun jika didapati kesamaan cerita dengan  cerita pendek ini maka itu merupakan kebetulan semata.









                                                                                                Singkil, 07 Januari 2015


                                                                                                                penulis

Lirik Mars Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Terbaru - 2021

 MARS ATR/BPN 2021 Insan Pertanahan dan Tata Ruang Baktikan diri membangun bangsa Bersatu hadirkan layanan prima Maju modern berstanda...